KALIMANTAN UTARA
Nama Resmi
|
:
|
Provinsi
Kalimantan Utara
|
Ibukota
|
:
|
Tanjung
Selor
|
Luas
Wilayah
|
:
|
75.467,70
Km2 *)
|
Jumlah
Penduduk
|
:
|
584.505
Jiwa *)
|
Suku
Bangsa
|
:
|
Suku
Bulungan, Suku Dayak dan Suku Tidung
|
Agama
|
:
|
Islam,
Katolik, Protestan, Budha, Hindu, dan Kong Hu Cu
|
Wilayah
Administrasi
|
:
|
Kab.:
4, Kota : 1, Kec.: 50, Kel.: 35, Desa : 447 *)
|
Sejarah
Terbentuknya Provinsi
Kalimantan Utara yang disingkat menjadi Kaltara, melalui proses panjang yang
diwacanakan sejak tahun 2000. Provinsi Kaltara secara resmi terbentuk sejak
ditandatanganinya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2012 tentang Pembentukan Provinsi
Kalimantan Utara pada tanggal 16 November 2012 oleh Presiden RI Susilo Bambang
Yudhoyono.
RUU pembentukan Provinsi
Kalimantan Utara ini sebelumnya telah disetujui oleh Rapat Paripurna DPR pada
25 Oktober 2012 untuk disahkan menjadi undang-undang (UU). Sejak terbit UU No.
20 Tahun 2012 maka resmi terbentuk Provinsi Kalimantan Utara sebagai provinsi
ke 34 di Indonesia. Pada tanggal 22 April 2013 Penjabat Gubernur Kalimantan
Utara yaitu Irianto Lambrie dilantik oleh Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di
Jakarta.
Tujuan pembentukan provinsi
ini adalah untuk mendorong peningkatan pelayanan dibidang pemerintahan,
pembangunan dan kemasyarakatan, memperpendek rentang kendali (span of
control) pemerintahan, terutama di kawasan perbatasan. Pemerintah Pusat
berharap dengan adanya pemerintahan provinsi, permasalahan di perbatasan utara
Kalimantan dapat langsung dikontrol dan dikendalikan oleh pemerintah pusat dan
daerah. Diharapkan juga dengan adanya Provinsi Kaltara dapat meningkatkan
perekonomian warga Kalimantan Utara yang berada di dekat perbatasan dengan
negara-negara tetangga.
Pada saat dibentuknya,
wilayah Kaltara terbagi 5 wilayah administrasi yang terdiri atas 1 kota dan 4
kabupaten yakni Kota Tarakan, Kabupaten Bulungan, Malinau, Nunukan, dan
Kabupaten Tana Tidung. Seluruh wilayah tersebut sebelumnya merupakan bagian
dari wilayah Kalimantan Timur. Berdasarkan bunyi Pasal 7 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2012, Kaltara beribukota Tanjung Selor yang berada di Kabupaten Bulungan.
Arti
Logo
ARTI, BENTUK, WARNA, MAKNA DAN UKURAN LOGO DAERAH
Logo Daerah terdiri atas 9
(sembilan) bagian, yaitu :
1.
Tulisan Kalimantan Utara;
2.
Bintang;
3.
Gerbang perbatasan merah putih;
4.
Perisai dengan ukiran khas budaya Dayak, Bulungan dan Tidung,
dengan parang dan tombak bersilangan didepannya;
5.
Padi dan kapas yang diikat dengan pita, jumlah padi 22 butir,
pita 4 (empat) simpul, dan kapas 13 buah;
6.
Laut bergelombang;
7.
4 (empat) garis gelombang yang menggambarkan sungai;
8.
Dibagian bawah ada tulisan “BENUANTA” diatas pita warna putih
kuning.
Bentuk
keseluruhan Logo Daerah, bersudut 5 (lima) yang mengandung arti dan makna
berazaskan falsafah Negara Pancasila, dengan warna dasar biru muda/biru langit
yang melambangkan keindahan, kesejahteraan, kedamaian, kewibawaan.
Warna Logo Daerah mempunyai
arti :
1.
Warna Putih, melambangkan kesucian, keikhlasan, kejujuran;
2.
Warna Biru, melambangkan keindahan, kesejahteraan, kedamaian,
kewibawaan;
3.
Warna Hijau, melambangkan kesuburan, kemakmuran, ketaqwaan,
pertembuhan;
4.
Warna Hitam, melambangkan ketegasan, perlindungan, ketokohan;
5.
Warna Merah, melambangkan keberanian, kekuatan;
6.
Warna Kuning, melambangkan kemuliaan, keagungan, kesuksesan.
Makna
Logo Daerah :
1.
Tulisan KALIMANTAN UTARA, melambangkan identitas Provinsi
Kalimantan Utara sebagai daerah Otonomi Baru;
2.
Bintang, melambangkan ketuhanan Yang Maha Esa;
3.
Gerbang Perbatasan Warna Merah Putih, melambangkan bahwa
Provinsi Kalimantan Utara merupakan wilayah yang berada di perbatasan Negara
Republik Indonesia;
4.
Perisai dengan ukiran khas budaya Dayak, Bulungan dan Tidung,
dengan parang dan tombak bersilang, melambangkan budaya masyarakat di
Kalimantan Utara terdapat suku dan budaya yang beragam yang hidup saling
berdampingan rukun, bersatu dan harmoni, penuh semangat pantang mundur untuk
membangun dan selalu siap dalam menghadapi tantangan yang dating dari luar
maupun dari dalam;
5.
Padi dan Kapas, melambangkan kesejahteraan dan kemakmuran yang
merupakan tujuan seluruh masyarakat Provinsi Kalimantan Utara;
6.
Laut bergelombang, melambangkan potensi sumber daya alam yang
ada di lautan yang dimiliki oleh Provinsi Kalimantan Utara, gelombang
melambangkan kehidupan yang dinamis;
7.
4 (empat) buah sungai berwarna putih, bermakna sebagai urat nadi
perekonomian dari 4 (empat) yang menghubungkan masyarakat di pedalaman dengan
daerah pantai dan perbatasan (suangai kayan, sungai sesayap, sungai sembakung
dan sungai sebuku);
8.
Tulisan motto “BENUANTA” diatas pita kuning, merupakan
motto/semboyan dari Provinsi Kalimantan Utara yaitu Kalimantan Utara adalah
wilayah kita/daerah kita yang harus dibangun dan dipertahankan untuk
kesejahteraan masyarakatnya.
ARTI, BENTUK, WARNA, MAKNA DAN UKURAN LOGO DAERAH
Nilai
Budaya
Bahasa: Bahasa Indonesia, Bahasa Bulungan, Bahasa Dayak
dan Bahasa Tidung
Lagu daerah: Pinang Sendawar, Tuyang dan Bebilin
Rumah tradisional: Lamin adat
Senjata tradisional: Mandau
Lagu daerah: Pinang Sendawar, Tuyang dan Bebilin
Rumah tradisional: Lamin adat
Senjata tradisional: Mandau
YOGYAKARTA
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Daerah Istimewa
setingkat provinsi di Indonesia yang merupakan peleburan Negara Kesultanan
Yogyakarta dan Negara Kadipaten Paku Alaman. Daerah Istimewa Yogyakarta yang
terletak di bagian selatan Pulau Jawa bagian tengah, dan berbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia. Daerah Istimewa yang memiliki luas
3.185,80 km2 ini terdiri atas satu kota, dan empat kabupaten, yang terbagi lagi
menjadi 78 kecamatan, dan 438 desa/kelurahan. Menurut sensus penduduk 2010 memiliki
jumlah penduduk 3.452.390 jiwa dengan proporsi 1.705.404 laki-laki, dan
1.746.986 perempuan, serta memiliki kepadatan penduduk sebesar 1.084 jiwa per
km2.
Penyebutan nomenklatur Daerah Istimewa Yogyakarta yang terlalu panjang
menyebabkan sering terjadinya penyingkatan nomenklatur menjadi DI Yogyakarta
atau DIY. Daerah Istimewa ini sering diidentikkan dengan Kota Yogyakarta
sehingga secara kurang tepat sering disebut dengan Jogja, Yogya, Yogyakarta,
Jogjakarta. Walaupun memiliki luas terkecil ke dua setelah Provinsi DKI
Jakarta, Daerah Istimewa ini terkenal di tingkat nasional, dan internasional,
terutama sebagai tempat tujuan wisata andalan setelah Provinsi Bali. Daerah
Istimewa Yogyakarta mengalami beberapa bencana alam besar termasuk bencana gempa
pada tanggal 27 Mei 2006, dan erupsi Gunung Merapi pada medio Oktober-November
2010.
TAMAN SARI YOGYAKARTA
Gemericik air, keindahan arsitekturnya
yang kuno, dan pemandangan yang menakjubkan membuat Taman Sari sangat mempesona.
Lorong-lorong dan bangunannya menjadikan Taman Sari penuh rahasia yang akan
terus dikuak.
Masa setelah Perjanjian Giyanti, Pangeran Mangkubumi membangun keraton sebagai
pusat pemerintahan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi yang
kemudian bergelar Sultan Hamengku Buwono I membangun keraton di tengah sumbu
imajiner yang membentang di antara Gunung Merapi dan Pantai Parangtritis. Titik
yang menjadi acuan pembangunan keraton adalah sebuah umbul (mata air). Untuk
menghormati jasa istri-istri Sultan karena telah membantu selama masa
peperangan, beliau memerintahkan Demak Tegis seorang arsitek berkebangsaan
Portugis dan Bupati Madiun sebagai mandor untuk membangun sebuah istana di
umbul yang terletak 500 meter selatan keraton. Istana yang dikelilingi segaran
(danau buatan) dengan wewangian dari bunga-bunga yang sengaja ditanam di pulau
buatan di sekitarnya itu sekarang dikenal dengan nama Taman Sari.
PARANGTRITIS YOGYAKARTA
Parangtritis, selain dikenal keindahan
alam pantainya, juga terkenal sebagai tempat yang memikili berbagai peninggalan
sejarah. Komplek Parangtritis terdiri dari Pantai Parangtritis, Parangkusumo,
dan Dataran Tinggi Gembirowati. Di Parangkusumo terdapat kolam permandian air
panas (belerang) yang diyakini dapat menyembuhkan berbagai penyakit dalam.
Kolam ini diketemukan dan dipelihara oleh Sultan Hamengku Buwono VII. Adanya
komplek kerajinan kerang, hotel bertaraf Internasional (Queen of South), serta
dokar wisata di Parangtritis ikut menyemarakkan pariwisata di wilayah ini.
Komplek wisata ini dapat dicapai melalui dua jalur, Jalur pertama lewat
jembatan Kretek, yang kedua lewat Imogiri dan Siluk. Lokasi di Desa Parangtritis,
Kec.Kretek kurang lebih 27 Km dari Yogyakarta ke arah Selatan. Termasuk kawasan
ini: Petilasan Parangkusumo, Pemandian Parangwedang, Makam Syeh Maulana;
Magribi, Makam Syeh Bela Belu, Makam Ki Ageng Selohening, Tempat Pelelangan
Ikan (TPI) Depok, Gumuk Pasir (Barchan) Atraksi/Event Wisata Upacara Pisungsung
Jaladri Bekti Pertiwi, Uparaca Labuhan Alit Kraton Ngayogyakarta, Labuhan
Hondodento, Perayaan Peh Cun, Ziarah Malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon,
Gelar Seni Malam 1 Suro, Pentas Seni Budaya ( Liburan dan Lebaran ), Festival
Layang-layang, Volley Pantai.
KRATON NGAYOGJOKARTO HADININGRAT
Lonceng Kyai Brajanala berdentang
beberapa kali, suaranya tidak hanya memenuhi Regol Keben namun terdengar hingga
Siti Hinggil dan Bangsal Pagelaran Kraton Yogyakarta. Sedangkan di Sri Manganti
terdengar lantunan tembang dalam Bahasa Jawa Kuna yang didendangkan oleh
seorang abdi dalem. Sebuah kitab tua, sesaji, lentera, dan gamelan terhampar di
depannya. Beberapa wisatawan mancanegara tampak khusyuk mendengarkan tembang
macapat, sesekali mereka terlihat menekan tombol shutter untuk mengambil
gambar. Meski tidak tahu arti tembang tersebut, saya turut duduk di deretan
depan. Suara tembang jawa yang mengalun pelan bercampur dengan wangi bunga dan
asap dupa, menciptakan suasana magi yang melenakan. Di sisi kanan nampak 4
orang abdi dalem lain yang bersiap untuk bergantian nembang. Di luar pendopo,
burung-burung berkicau dengan riuh sambil terbang dari pucuk pohon sawo kecik
yang banyak tumbuh di kompleks Kraton Yogyakarta kemudian hinggap di atas
rerumputan.
Kraton Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat atau yang sekarang lebih dikenal
dengan nama Kraton Yogyakarta merupakan pusat dari museum hidup kebudayaan Jawa
yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tidak hanya menjadi tempat tinggal raja
dan keluarganya semata, Kraton juga menjadi kiblat perkembangan budaya Jawa,
sekaligus penjaga nyala kebudayaan tersebut. Di tempat ini wisatawan dapat
belajar dan melihat secara langsung bagaimana budaya Jawa terus hidup serta
dilestarikan. Kraton Yogyakarta dibangun oleh Pangeran Mangkubumi pada tahun
1755, beberapa bulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti. Dipilihnya
Hutan Beringin sebagai tempat berdirinya kraton dikarenakan tanah tersebut
diapit dua sungai sehingga dianggap baik dan terlindung dari kemungkinan
banjir. Meski sudah berusia ratusan tahun dan sempat rusak akibat gempa besar
pada tahun 1867, bangunan Kraton Yogyakarta tetap berdiri dengan kokoh dan
terawat dengan baik
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar